Batik demak sempat hilang selama beberapa dekade karena unsur persaingan
yang ketat dengan batik cap diera 1970-1980.Faktor lain penyebab
menurunnya jumlah pembatik muda karena kurangnya ketertarikan membatik
dikalangan muda. Ditambah lagi menyusutnya jumlah pembatik handal karena faktor usia yang
sudah lanjut dan banyak hal lain.Hingga diperkirakan batik demak sudah
punah,berbeda dengan para perajin batik pekalongan ,lasem,cirebon dan
lainnya yang masih melanjutkan karya batik- nya turun temurun.
Sekitar tahun 2006, Batik Demak mulai dirintis kembali di wilayah
pesisiran dengan motif yang sangat khas, yaitu perpaduan motif pesisiran
dan pertanian serta terdapat perpaduan corak Majapahit dengan
nilai-nilai Islam. Tujuannya untuk mengenalkan kembali berbagai macam
corak atau motif khas Demak kepada para pencinta batik. Motif atau corak
yang digambarkan pada Batik Demak terinspirasi dari sejarah Kerajaan
Demak dan menonjolkan motif pesisiran. Misalnya, ornamen yang terdapat
di Masjid Agung Demak, diantaranya gambar bledeg (petir), burung
phoenix, dan bulus selain itu ada juga motif buah, seperti belimbin,
jambu, dan semangka tegalan. Dengan perpaduan motif pesisiran dan
pertanian, ciri khas batik tulis Demak semakin berbeda dengan batik dari
daerah lain. Motif batik ini tidak hanya bicara soal sejarah dan
kekayaan alam, tetapi juga memadukan motif klasik dengan motif batik
kontemporer.
Batik Demak mempunyai kemiripan dengan batik djawa baroe dan bukan djawa
hokokai.Djawa baroe adalah kelanjutan dari Jawa Hokokai,setelah Jepang
angkat kaki dari bumi pertiwi 1945,batik hokokai pun terhenti
produksinya.Batik Djawa Baroe-lah yang melanjutkan tipe dari batik
ini.Hanya saja motip tidak sepadat dan seglamor hokokai lebih sederhana
dan berwarna kecoklatan. Dahulu, sekitar tahun 1920-an, terdapat jenis Batik Demak dengan sebutan
batik sisik yang menjadi usaha rumahan yang cukup menonjol di Demak.
Sentra usaha terbesar di Kecamatan Wedung. Tapi sudah lama kegiatan ini
mati, karena tak ada warga yang meneruskannya. Padahal, batik sisik
pernah mengangkat nama Demak, setara dengan Kudus dengan jenangnya,
Jepara dengan ukirannya, atau Semarang dengan lumpianya.
Komentar
Posting Komentar